Berpijak pada masa lalu yang telah terlewati. Mungkin itulah kata-kata yang tepat ditujukan bagi Kabupaten Tasikmalaya saat ini. Jika Anda ingat, dulu daerah ini dikenal sebagai pusat ekonomi, kerajinan, pertanian, wisata, dan pendidikan. Tapi itu dulu. Kab Tasikmalaya sekarang adalah daerah yang berbeda.
Seperti halnya bayi yang baru dilahirkan, kabupaten yang luasnya mencapai 2.712,52 km2 ini sekarang seolah menjelma menjadi wujud yang baru dan beda. Wujud yang lebih segar, lebih manis, dan lebih pintar. Perubahan yang tidak terlihat ekstrem namun tegas itu, seolah ingin menunjukkan bahwa Kab Tasikmalaya tetap bisa berdiri meski tanpa kehadiran sembilan kecamatan yang saat ini masuk dalam wilayah Kota Tasikmalaya.
Dengan segala kemampuan yang tidak dimiliki daerah lain di Priangan Timur, Kab Tasikmalaya langsung menancap gas sekencang-kencangnya untuk mengejar ketertinggalan. Tak terbilang, langkah cepat yang sudah dicapai daerah yang terletak antara 1070 56' - 10808' BT dan 70 10' LS - 70 49' LS ini. ''Kita sudah membulatkan tekad untuk membawa Kab Tasikmalaya menjadi daerah yang maju dan dinamis,''kata Bupati Tasikmalaya, Tatang Farhanul Hakim.
Tatang bertekad membawa daerah yang dipimpinnya selangkah lebih maju dibanding empat daerah lainnya di Priangan Timur. Visinya menjadikan Kab Tasikmalaya sebagai daerah yang religius/Islami, maju dan sejahtera, serta kompetitif dalam bidang agribisnis di Jawa Barat tahun 2010,
Tatang mengatakan, ''Tak ada yang tak mungkin dalam kehidupan ini. Asalkan direncanakan dengan baik dan matang, semua akan tercapai dengan melalui proses yang cepat atau pun lambat.'' Menurut dia, semua potensi yang ada saat ini memang sangat layak untuk diangkat dan dikembangkan.
Ia menyebut salah satu produk unggulan yang menjadi andalan selama ini adalah buah manggis. Produk yang merupakan buah berbiji lembut dan berwarna putih itu, memang sudah lama dikenal khalayak luas sebagai buah sehat nan lezat dengan rupa yang menggoda. ''Saya tidak meragukan lagi kalau buah manggis bisa menjadi andalan yang menghasilkan devisa besar bagi Kabupaten Tasikmalaya. Sejak dulu, manggis sudah dibudidayakan di Puspahiang,'' ungkap Tatang.
Nama Puspahiang, sebuah kecamatan yang berbatasan dengan Kec Mangunreja, adalah daerah yang menjadi kawasan ibukota Kab Tasikmalaya, dikenal dengan potensi buah manggisnya. Ketenaran dan jaminan akan kualitas itu memang tak salah dilekatkan ke Kec Puspahiang. Pasalnya, menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Tasikmalaya, Ir Henry Nugroho, produksi manggis di kawasan itu setiap tahunnya cenderung menunjukkan peningkatan. ''Kita bangga dengan produksi manggis yang ada di sana. Karena dari situ juga keberadaan Tasikmalaya bisa menjadi lebih dikenal,'' tutur dia.
Henry mengatakan, banyak sekali rencana yang akan dan sedang digulirkan untuk mewujudkan cita-cita menjadikan daerah agrobisnis yang disegani. Di antaranya, ujar dia, dengan membuat kerja sama dengan beberapa intansi yang terkait. ''Kita lakukan itu karena kita tidak berniat membuat satu kawasan khusus yang dijadikan sebagai tempat transaksi terakhir penjualan produk agro,'' ungkap dia.
Namun demikian, menurut Badan Perencanaan Daerah Kab Tasikmalaya, besarnya potensi agroindustri belum tergarap secara maksimal. Hal itu, karena sumber daya manusia (SDM) yang ada masih belum terbina dengan baik. ''Itu fakta yang tak bisa dihilangkan. Namun dengan kondisi sekarang yang sudah jauh berbeda, kita yakin agro bisa dikembangkan dan dijual ke pasar lebih baik,'' ujar Drs Asep Rasyid, Kepala Bapeda Kab Tasikmalaya.
Selain manggis, potensi agro lain yang juga dimiliki Kab Tasikmalaya adalah tanaman padi jenis SRI (System of Rice Intensification), salak, dan cabe. Seperti sudah dimafhum, dia melanjutkan, padi SRI saat ini sedang digalakkan pengembangannya karena memiliki beberapa keuntungan. ''Panen bisa dilakukan lebih banyak dalam setahun. Karena masa tanam jauh lebih singkat. Namun, kualitas tetap terjaga,'' ujar dia.
Kawasan yang saat ini sedang dikembangkan untuk sentra tanaman padi SRI, Asep mengatakan, ada di 39 kecamatan. Termasuk, sambung dia, 12 kecamatan yang saat ini sudah menghasilkan produksinya setiap bulan. ''Meski padi SRI konsisten dibudidayakan, kita juga tidak melupakan pada padi sawah biasa. Karena itu juga bisa jadi ujung tombak pertanian kita,'' ujar dia.
Untuk potensi lain seperti salak dan cabe, Asep menjelaskan, pemkab menggandeng sejumlah petani yang ada di kawasan yang menjadi sentra produk tersebut. Untuk salak, dia melanjutkan, Kecamatan Manonjaya sudah ditetapkan sebagai sentra dan Kec Cisayong untuk pengembangan cabe.
Meski potensinya besar, namun ada kendala yang cukup besar. Kendala itu adalah belum sinergisnya kerja sama antarberbagai pihak. Hal itu diakui Henry Nugroho. Kata dia, kalau memang pemkab ingin menjadikan sektor agro sebagai andalan, maka harusnya ada langkah-langkah taktis yang harus dilakukan. ''Jangan hanya dibebankan kepada kami. Karena itu sangat terkait erat dengan pihak lain juga,'' kata dia.
Henry menyebutkan, untuk membawa Kab Tasikmalaya sebagai daerah yang memiliki potensi agrobisnis tersukses pada 2010 mendatang, harus ada pergerakan mulai dari hulu hingga hilir. Istilah hulu sendiri, menurut dia, dialamatkan kepada dinas yang dipimpinnya. ''Setelah hulu hingga ke hilir itu adalah pihak lain yang terkait. Seperti dinas perdagangan, pengusaha, dan yang lainnya,''jelas dia,
Selain itu, sambung Henry, harus didukung ketersediaan sarana dana prasarana transportasi. Masalahnya, sambung dia, untuk bisa mengangkut hasil agro yang sudah dipanen, pasti akan membutuhkan jalan raya yang memadai. ''Pemkab harus memerhatikan masalah itu. Faktanya, masih banyak jalan yang tidak bagus. Itu bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi dari sektor agro,'' ujar dia.
(muslim ambari )
Sumber
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=295370
4 Juni 2007